Indikator RSI Adalah: Inilah 8 Tips Raih Profit dari Relative Strength Index
RSI (Relative Strength Index) adalah indikator favorit para trader yang masuk ke dunia saham. Indikator teknikal yang populer ini ditemukan oleh J. Walles Wilder pada tahun 1978 dan dipublikasikan ke masyarakat melalui buku yang berjudul “New Concept Technical Trading System”. apa, sih, penggunaan indikator RSI dalam trading saham dan bagaimana cara membaca indikator ini pada chart harga? Berikut informasi lengkapnya:
Table of Contents
Indikator RSI Adalah?
RSI atau relative strength index merupakan indikator analisis teknikal yang banyak digunakan untuk mengukur besarnya momentum pergerakan arah harga. Sebelum RSI ditemukan, dasar indikator momentum oscillator sering mengalami kesalahan ketika terjadi perubahan harga drastis di masa lampau. Ketika hal ini terjadi, maka indikator momentum oscillator juga ikut berubah drastis meski harga saat ini tidak berubah. Hal inilah yang menjadi dasar terbentuknya indikator RSI. Coba perhatikan chart harga berikut ini:
Gambar chart tersebut memperlihatkan adanya penurunan harga yang tajam. Lalu kita bisa membandingkan indikator momentum dengan RSI. Saat hari ke 10, garis momentum melompat sangat jauh karena ada perbedaan selisih harga yang tajam antara candlestick terkini dan candlestick 10 hari yang lalu. Namun jika kita melihatnya melalui indikator RSI, maka hal tersebut tidak akan terjadi. Inilah yang ditemukan oleh J.Walles Wilder Junior. Untuk mengatasi hal tersebut, J. Walles Wilder menggunakan rumus berikut:
RSI 100 – (100/(1+Relative Strength).
Relative Strength = EMA Penutupan Positif: EMA Penutupan Negatif
Dengan persamaan tersebut, maka dampak dari harga yang meningkat atau menurun terlalu tinggi bisa diminimalisir. Itulah hal yang mendasari terbentuknya indikator RSI.
Cara Membaca Indikator RSI dan Cara Setting RSI
Terdapat dua level atau skala yang digunakan pada indikator RSI, yaitu level 0% hingga 30% d level 70% hingga 100%. Pada tren bullish, RSI cenderung bergerak di atas 30 dan sering berada di level 70 ke atas. Pada trend bearish, RSI cenderung bergerak di bawah level 70 dan sering berada di bawah level 30. Jika pasar sedang sideways, RSI cenderung bergerak di antara level 70 dan 30. Indikator RSI juga terdiri dari 3 garis, yaitu garis tengah atau zero line, garis atas atau overbought, dan garis bawah atau oversold.
Batas garis atas adalah 70% dan nilai yang digunakan sebagai batas bawah adalah 30%. Standar periode yang digunakan biasanya 14 hari. Jika Anda termasuk tipe trader harian, maka Anda bisa menggunakan periode 10 hari atau kurang. Semakin cepat periode yang digunakan, semakin berfluktuasi RSI yang akan digunakan.
Jika nilai RSI memasuki 70% untuk area jenuh beli atau 30% untuk area jenuh jual, maka hal tersebut merupakan indikasi awal bahwa harga akan kehilangan momentumnya atau berbalik arah. Saat Anda menggunakan RSI untuk pasar yang sedang berada dalam kondisi trending, maka Anda bisa menaikkan batas level 80% untuk area jenuh beli dan 20% untuk area jenuh jual.
Sebab saat pasar dalam kondisi trending, nilai RSI seringkali tidak akan berbalik arah dan tetap bertahan di level standar (level 70% dan 30%) meskipun garisnya sudah melewati garis batas tersebut. Untuk menghindari kesalahan tersebut, Anda perlu menaikkan batas level indikator RSI. Jika garis RSI sudah melewati batas level 80% atau 20% karena kondisi pasar, faktor politik, dan sebagainya, maka Anda bisa menggunakan garis tengah sebagai titik konfirmasi perubahan tren yang sedang terjadi. Garis tengah juga bisa Anda gunakan untuk menentukan kapan saatnya membuka atau menutup posisi saat garis RSI breakout dari garis tengah.
Strategi menentukan Posisi Jual atau Beli dengan indikator RSI
Untuk menentukan posisi jual atau beli, Anda harus melakukan analisa pasar dengan akurat. Berikut strategi analisa pasar untuk menentukan posisi jual dan beli dengan indikator RSI:
A. Menentukan posisi Jual
Saat indikator RSI berada di atas level 80, kemungkinan besar pasar akan mengalami pembalikan trend. Saat momen tersebut, Anda bisa mengambil posisi jual, terutama ketika chart harga membentuk pola head and shoulder atau pola reversal. Sebab, hal tersebut merupakan sinyal kuat bahwa harga akan mengalami penurunan. Ketika indikator RSI berada di ata level 90. hal tersebut menunjukan kondisi jenuh beli yang serius dan besar kemungkinannya harga akan turun dalam waktu singkat. Di saat itu, Anda juga disarankan untuk segera melakukan order posisi jual.
B. Menentukan posisi beli
Jika indikator RSI berada di level 50 atau garis tengah, hal tersebut menandakan bahwa trend saat ini akan berlaku dalam jangka panjang. Sebaliknya, trend jangka pendek terjadi ketika indikator RSI berada di bawah level 50. Saat indikator berada di bawah level 20, hal tersebut menunjukan kondisi oversold dan bisa menjadi indikasi bahwa harga saham akan mengalami rebound dalam jangka pendek. aat hal ini terjadi, Anda disarankan untuk melakukader posisi beli, terutama saat grafik harga menunjukan pola reversal. Namun saat indikator RSI berada di bawah level 10, hal tersebut menunjukan kondisi oversold yang serius dan menjadi indikasi kuat bahwa harga saham bisa rebound kapan saja. omen tersebut merupakan saat yang tepat bagi investor untuk memasuki pasar.
Tips Raih Profit dengan Indikator RSI
Banyak trader keliru menganalisa saat pasar sedang berada di titik overbought dan entry sell namun ternyata pasar masih terus naik. Sebaliknya, saat pasar sedang oversold, trader biasanya buru-buru melakukan entry buy namun ternyata harga di pasar sedang turun. Kesalahan analisa semacam ini bisa membuat trader mengalami kerugian besar. Agar bisa profit maksimal dengan indikator RSI, berikut tipsnya:
1. Gunakan level overbought atau oversold dengan kombinasi support dan resistance
Analisa dengan indikator RSI saat pergerakan harga di bawah level 70% atau 30% belum tentu merupakan sinyal entry point sell atau buy. Dalam beberapa kasus, pasar bisa saja tetap berada di posisi overbought atau oversold untuk waktu lama. Sebelum mengambil entry point, sebaiknya Anda menganalisis terlebih dahulu titik support dan resistance. Sinyal overbought dan oversold pada indikator RSI tidak selalu akurat, terutama saat trend dalam posisi yang kuat. Sebaiknya, Anda melakukan analisa support dan resistance terlebih dahulu sebelum melakukan entry point.
2. Gunakan level RSI 0 untuk mengukur kekuatan trend
Indikator RSI menampilkan momentum harga, baik di atas atau di bawah level 50. Saat indikator RSI menunjukkan harga di atas level 50, kemungkinan besar trend akan mengarah ke atas. Saat harga berada di bawah level 50, besar kemungkinan bahwa trend akan turun. Jika indikator RSI melintasi level 50 (garis tengah) maka momentum akan beralih dari arah satu ke arah lain.
3. Kombinasikan Moving Average untuk Mengukur Pergerakan Harga
Setelah menambahkan moving average pada RSI, kit bisa menunggu sinyal persilangan dari RSI dan moving average. Kurva indikator RSI dan moving average akan bersilangan saat kita menganalisa market. Jadi, kita tidak bisa sembarangan sebelum entry point. Kita tetap harus memperhatikan pergerakan harga dan kekuatan tren yang sedang terjadi. Sinyal entry dari moving average dan RSI akan lebih akurat saat pasar sedang dalam tren. Cara ini biasanya akan efektif untuk trading jangka panjang.
BACA JUGA: Inilah Cara Membaca Indikator MACD Terlengkap 2021
4. Tambahkan divergensi RSI untuk menentukan sinyal reversal sell
Divergensi adalah keadaan saat harga bergerak naik pada titik tertentu dan indikator bergerak turun, seolah-olah akan terjadi persilangan keduanya. Divergensi adalah penyimpangan pada chart harga dan indikator. Divergensi dalam saham terdiri dari dua jenis, yaitu bullish divergence dan bearish divergence. Bullish divergence mengindikasikan akan ada kenaikan harga di pasar, sedangkan bearish divergence mengindikasikan harga akan turun. Hal ini terjadi ketika lembah di pergerakan harga turun namun indikator RSI menunjukan kenaikan. Kondisi ini menunjukan bahwa kondisi pasar yang downtrend akan berbalik menjadi uptrend. Namun ketika harga naik dan indikator turun, hal ini menandakan adanya kelanjutan trend positif atau hidden bullish divergence. Saat momen ini, Anda bisa mendapatkan profit tinggi dengan melakukan order posisis buy.
Sementara itu, bearish divergence terjadi ketika ada higher high di pergerakan harga namun indikator RSI justru menunjukan lower high. Hal ini menandakan bahwa kondisi uptrend akan berubah menjadi downtrend. Ketika pergerakan harga menunjukan higher dan indikator RSI mengalami kenaikan, hal ini menunjukan bahwa trend negatif akan berlanjut atau yang dikenal dengan istilah hidden bearish divergence. Saat momen ini, Anda tidak disarankan melakukan entry. Jika terpaksa ingin melakukan entry, Anda bisa memesan posisi buy dengan manajemen risiko yang tinggi. Sementara itu, entry jual bisa dilakukan saat kurva RSI menembus level 50, Anda bisa melakukan entry jual karena level tersebut menunjukkan titik support di bawah market cenderung mengalami penurunan ke bawah.
5. Tambahkan konvergensi RSI untuk menentukan sinyal buy
Konvergensi adalah kondisi dimana harga bergerak turun, setelah terjadi persilangan antara kurva indikator dan kurva pergerakan harga. Jadi, saat kurva pergerakan harga menunjukan level lower low dan lower high. Kurva indikator RSI juga menunjukan level higher low atau level lembah lebih tinggi dari sebelumnya. Hal tersebut akan membentuk pertemuan atau persilangan. Lalu kita bisa menentukan titik entry buy saat kurva RSI menembus level 50 yang merupakan titik resistance.
6. Kombinasikan dengan candlestick
Pola candlestick merupakan cerminan utama pergerakan arah harga dan indikator hanyalah alat bantu analisis untuk menentukan arah harga selanjutnya. Kombinasi candlestick dan indikator RSI memberikan sinyal lebih kuat sebagai penanda reversal sehingga kita bisa melakukan analisa pasar lebih akurat.
BACA JUGA: Cara Membaca Candlestick 1 Menit-Inilah Pola Candlestick Lengkap
7. Sesuaikan periode RSI dengan kebutuhan trading
Anda harus mengatur periode RSI sesuai jangka waktu dan gaya trading. RSI dengan periode di bawah 10 akan banyak memunculkan sinyal overbought dan oversold namun tingkat akurasinya lebih rendah. Akurasi sinyal overbought dan oversold biasanya lebih akurat jika kita menggunakan periode 20. RSI dianggap overbought saat berada di atas level 70 dan dianggap oversold saat berada di level 30. Namun, level tersebut bisa kita atur sesuai dengan kondisi pasar yang akan dianalisa.
8. Gunakan Failure Swing
Meski jarang terjadi, memanfaatkan kondisi failure swing pada RSI bisa memberikan hasil analisa yang sangat akurat. Kondisi ini sebenarnya mirip dengan divergence, yaitu situasi di mana harga tidak mampu mempertahankan tren. Sama dengan divergence, failure swing juga ada dua jenis, yaitu failure swing bullish dan flure swing bearish. Failure swing bullish terjadi ketika indikator RSI bergerak ke bawah level 30, harga bergerak cepat ke atas, RSI gagal kembali ke level 30 dan terus bergerak ke level tertinggi. Sebaliknya, failure swing bearish ditandai dengan indikator RSI yang bergerak di atas level 70, harga bergerak cepat ke bawah dan gagal kembali ke level 70.
Anda bisa melakukan order posisi beli saat terjadi bullish failure swing dengan meletakan posisi stop loss ketika indikator RSI di level overbought berbalik turun. Sementara itu, order posisi jual bisa dilakukan saat bearish failure swing dengan meletakan posisi stop loss saat RSI di bawah level jenuh beli dan berbalik naik membentuk level baru.
Manfaat Indikator RSI
RSI merupakan indikator yang memberikan banyak kegunaan untuk trader. Indikator RSI akan memberikan kita sejumlah manfaat berikut:
1. Mendeteksi Momentum yang Sedang Terjadi
Indikator RSI bisa kita manfaatkan untuk mengukur pergerakan harga yang sedang terjadi di pasar. Jika terjadi peningkatan momentum, hal itu menunjukan bahwa saham sedang aktif dibeli atau terdapat penurunan tren. Sebaliknya, saham yang banyak dijual menandakan tren harga di pasar sedang naik. Jadi,kita bisa mengetahui trend apa yang sedang terjadi di pasar.
2. Menjadi parameter osilasi
Trader bisa mengetahui apakah pasar dalam kondisi jenuh beli (overbought) atau jenuh jual (oversold) melalui pergerakan nilai RSI. Jika RSI berada di skala kurang dari 30%, hal itu menandakan bahwa sedang terjadi jenuh jual di pasar. Sebaliknya, kondisi jenuh beli terjadi ketika nilai RSI berada di atas level 70%.
3. Menentukan posisi jual atau beli
Untuk menentukan posisi jual, kita bisa menunggu nilai RSI berada di area oversold atau di level 30%. Kta pantau samai nilai RSI berbalik naik. Sebagai konfirmasi, kita harus memastikan ada candlestick bullish saat RSI keluar dari zona oversold. Jika candlestick sudah mencapai posisi close, kita bisa melakukan posisi jual.
Sementara itu, posisi beli bisa kita lakukan saat nilai RSI berada di atas level 70% tau di zona overbought. Lalu tunggu sampai nilai RSI turun di bawah level 70%. Setelah itu, kita pastikan terdapat candlestick bearish sebagai konfirmasi bahwa nilai RSI sudah melewati kondisi jenuh beli. Ketika candlestick mencapai posisi close, kita bisa melakukan posisi beli.
Kekurangan Indikator RSI
Kita tidak bisa mengandalkan RSI sebagai satu-satunya indikator ketika akan melakukan order posisi. Sebab, RSI juga punya kekurangan seperti berikut:
1. Tidak bisa menjadi indikator tunggal
Sama seperti indikator lainnya, RSI tidak bisa menjadi acuan tunggal untuk menentukan posisi entry. Indikator ini hanya untuk menentukan momentum, bukan pergerakan harga selanjutnya. Karena itu, Anda harus mengkombinasikannya dengan indikator lainnya. Indikator ini juga sering mengecoh trader sehingga menghasilkan analisis yang keliru. Karena itu, dibutuhkan analisis pasar yang teliti dan tajam saat menggunakan indikator ini.
2. Sering memicu sinyal palsu
Indikator RSI terkadang kurang mampu mengikuti trend yang ada di pasar. Akhirnya, hal ini malah memicu sinyal palsu atau false signal. Misalnya, saat indikator menunjukan kondisi overbought, harga di pasar biasanya akan naik. Sebaliknya,kondisi jenuh jual (oversold) bisa terjadi saat harga turun drastis. Jika harga sudah naik terlalu tinggi atau turun berlebihan, maka harga tersebut seharusnya bisa mengalami pembalikan arah.
Sayangnya, kondisi overbought atau oversold ini seringkali tidak berjalan seimbang dengan kondisi pasar saat mempertahankan harga yang tidak normal tersebut. Pasar bisa saat mengalami trend yang kuat. Nah, saat trend kuat ini terjadi, indikator RSI menjadi tidak sensitif alias tidak bisa menunjukan indikasi apapun meski pergerakan harga sedang aktif. Karena itu, kita tidak bisa mengandalkan indikator ini sebagai acuan tunggal.
Kesimpulan
Itulah penjelasan lengkap mengenai indikator RSI. Meskipun indikator ini populer dan banyak digunakan trader, kita tidak bisa mengandalkan indikator ini sepenuhnya untuk menentukan titik entry. Bagaimanapun juga, kita perlu menganalisa kembali kondisi pasar yang sesungguhnya dan pergerakan harga yang terjadi untuk menentukan momentum. Hal itu bisa kita lakukan dengan bantuan indikator lain seperti moving average. Anda juga perlu mengkombinasikan indikator RSI dengan candlestick. Sebab, candlestick merupakan cerminan utama dari pergerakan harga di pasar dan RSI hanyalah alat bantu untuk mendeteksi momentum yang terjadi.
FAQ – Frequently Ask Question
Beberapa pertanyaan tentang RSI yang sering diajukan trader antara lain:
- Indikator apa yang bisa dikombinasikan dengan RSI
Ada berbagai indikator yang bisa Anda kombinasikan dengan RSI. Anda bisa mencoba mengkombinasikannya dengan candlestick untuk mengetahui pergerakan harga.Kombinasi RSI dan candlestick ini juga bisa menunjukan sinyal reversal atau pembalikan harga yang kuat.
- Apakah Indikator RSI bisa digunakan saat pasar sedang sideways
RSI bisa digunakan di berbagai kondisi. Namun saat tren sedang kuat indikator ini sering memberikan sinyal palsu. Ketika pasar sedang trending, justru kita harus mengabaikan sinyal overbought dan oversold yang ditunjukan oleh indikator. Saat pasar sedang sideways, indikator RSI biasanya bergerak di level antara 70 dan 30.
Disclaimer: Artikel ini merupakan hasil dari pengalaman belajar dan investasi penulis terkait penggunaan indikator RSI. Jika terdapat saran untuk investasi, hal itu bisa Anda gunakan sebagai rujukan saja. Investasi adalah hal berisiko. Jika terjadi kerugian, Anda sendiri yang akan menanggungnya. Karena itu, Anda perlu memahami instrumen investasi dan analisis teknikal serta fundamental sebelum memutuskan untuk terjun ke pasar.